Saat ini, Profesi Guru oleh pemerintah sudah termasuk sebuah pekerja profesional yang mengharuskan melaksanakan tugas sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis yang telah dibebankan agar memperoleh hasil yang memuaskan dari pekerjaannya. Dengan dikeluarkan sertifikasi guru, berarti seorang guru bukan hanya sekedar sebagai pen-transfer ilmu, melainkan dituntut juga memiliki kemampuan khusus agar dapat memaksimalkan hasil kerja dan untuk itu diberi imbalan yang pantas atas usahanya, seperti tenaga profesional lain.
Profesi Guru Sekolah Dasar di Indonesia mempunyai jumlah yang terbanyak dibandingkan dengan Guru di jenjang pendidikan SMP maupun SMA. Sayangnya, data akurat tentang jumlah tenaga guru tahun 2012 masih dalam proses pendataan, saat tulisan ini dibuat. Berdasarkan info pendataan Kemdikbud, terdapat Total Sekolah:189,227 dan masih 44,261 sekolah belum mengirimkan data lengkap. Untuk Sekolah Dasar, Total Sekolah : 150,003 dan Total Terkirim : 119,109, dan sisanya 30,894 belum terkirim.
Banyak orang memandang, Guru Sekolah Dasar merupakan pekerjaan mudah, sepele atau pun profesi guru paling rendah. Jika pendapat ini benar, seharusnya anak seorang profesor pun tidak perlu masuk Sekolah Dasar karena orang tuanya cukup pintar untuk mengajari pendidikan anaknya. Di sinilah tantangan besar dan berat bagi Guru Sekolah Dasar. Keberhasilan atau kesuksesan anak di kemudian hari dipertaruhkan di sini (SD).
Tantangan Guru Kelas Sekolah Dasar
Banyak daerah di Indonesia, rata-rata Sekolah Dasar masih memakai Guru Kelas, karena keterbatasan jumlah guru dan latar belakang keilmuannya. Untuk itu, guru kelas diharuskan menguasai beberapa mata pelajaran seperti Matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS sampai muatan lokal dan ketrampilan. Mungkin hal ini tidak terjadi di jenjang pendidikan SMP atau SMA. Nasib yang sama, mungkin tidak dirasakan oleh Sekolah Dasar di beberapa kota besar atau pun Sekolah Dasar yang telah memiliki guru bidang studi tertentu seperti Agama atau Olah Raga.Paling sangat dirasakan berat lagi adalah Guru Kelas 1, terutama untuk Sekolah Dasar yang ada di pelosok maupun di pedalaman. Jangankan melalui PAUD, untuk masuk sekolah dasar pun perlu rayuan. Seorang guru kelas 1 sekolah dasar mendapat tugas dan tantangan untuk pertama kali anak belajar menulis, membaca, berhitung (calistung). Beraneka ragam tingkat IQ dan latar belakang siswa merupakan masalah bagi setiap guru kelas 1. Dengan penguasaan “calistung” yang baik dan benar, proses belajar mengajar untuk langkah selanjutnya mempunyai pengaruh besar. Tantangan ini mungkin tidak dirasakan oleh Sekolah Dasar di kota yang memiliki siswa baru yang telah mengenyam PUD. Meski ada larangan menggunakan test calistung untuk masuk SD, beberapa sekolah menerapkan seleksi untuk masuk sekolah.
Bayangkan jika siswa telah duduk di SMP, membaca masih terbata-bata. Menulis pun model “cakar ayam” dan tidak beraturan, perkalian dasar saja siswa masih berpikir keras. Dan pihak SMP tidak mau tahu permasalahan tersebut. Lantas, siapa yang akan disalahkan? Bisa jadi, untuk saat ini, orang tua siswa dapat menuntut Sekolah Dasar tempat mencari ilmu, namun tidak membuahkan hasil. Bukankah guru sudah profesional (bersertifikasi) dan telah dibayar mahal? Dimanakah tanggung jawabnya?
Profesionalisme Guru Sekolah Dasar
Menjawab tantangan untuk guru sekolah dasar yang sebenarnya begitu berat, setidaknya beberapa pikiran berikut dapat dijadikan bahan acuan singkat bila ingin menjadi Guru Sekolah Dasar yang profesional:1. Niat dan Motivasi
Setiap melakukan kegiatan atau perbuatan
adalah menetapkan niat. Niat merupakan hal penting untuk setiap
pekerjaan. Apakah niat anda menjadi guru? Untuk mencari uang, ibadah,
dsb. Jika niat menjadi guru adalah pengabdian dan ikhlas, Yang Maha
Kuasa tidak tidur dan akan membalas semua. Selain niat yang baik, perlu
dukungan motivasi dalam diri. Menjadi guru adalah hal yang saya senangi,
maka kita akan mencintai kegiatan mengajar dan mendidik. Jika tidak,
mengajar dan mendidik adalah kegiatan yang membosankan, berat atau
hal-hal negatif akan timbul.
2. Tiada Henti Belajar
Dunia terus berkembang, termasuk Ilmu
pengetahuan dan teknologi. terus berkembang. Guru profesional tidak akan
berhenti belajar dan akan semakin “haus” ilmu pengetahuan.
Belajar dengan meneruskan ilmu pendidikan dan keguruan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya, maupun belajar otodidak
dengan “melahap” informasi pengetahuan dari berbagai sumber. Terutama
materi pelajaran yang diajarkan. Jika guru paham benar dengan materi
pelajaran, akan lebih mudah menjelaskan yang lengkap kepada siswa.
3. Panutan dan Contoh Perilaku Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sosok guru dapat menjadi perhatian siswa,
terutama guru sekolah dasar. Tingkah laku perbuatan dapat menjadi
panutan dan dapat di contoh siswa. Untuk itu memberi contoh baik yang
sesuai dengan materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dapat
menjadi cara yang efektif terhadap perilaku budaya siswa. Semisal, guru
Bahasa Indonesia akan berbicara yang sopan, baik dan benar sesuai kaidah
bahasa, atau guru matematika yang berpikir secara sistimatis yang
rasional, cara memecahkan masalah dengan runtut dan terukur, dan
sebagainya. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi contoh
nyata bagi siswa.
4. Menciptakan Metode Mengajar Efektif
Banyak metode pengajaran dikembangkan
olehParaahli pendidikan, pelajari dan menciptakan teknik ketika proses
pembelajaran berlangsung guru mampu membuat murid betah untuk belajar
dan proses belajar mengajar bisa berlangsung dengan sangat menyenangkan.
5. Mengenal Siswa
Guru perlu mengenal siswa berdasarkan
tingkat kecerdasan (IQ), karakter, maupun latar belakang keluarga dan
lingkungannya. Pengenalan dapat dilihat secara umum atau individu.
Pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam menciptakan metode
mengajar mengajar efektif.
Profesi sebagai guru sekolah dasar adalah suatu pekerjaan rumit yang
terlihat sepele. Orang boleh memandang enteng Guru SD, namun banyak
orang tidak sadar bahwa Sekolah Dasar merupakan
tempat paling dasar untuk mencetak generasi penerus. Tanggung jawab
tugas seorang Guru SD terhadap anak didiknya lebih berat dibanding
dengan guru jenjang selanjutnya, terlebih tanggung jawab moral.
Keberhasilan atau kegagalan tergantung dari peran Guru. Jika guru
mendidik tidak profesional dan asal-asalan akan menghasilkan generasi
penerus yang rusak dan selanjutnya akan menghancurkan peradaban
masyarakat.Untuk itu keprofesionalan guru mutlak diperlukan. Guru berusaha dan bekerja keras mengatasi setiap masalah pantang menyerah, ulet, tetapi bersikap ceria dan humoris dalam mengajar dan mendidik. Tidak lupa, Guru harus terbiasa mengevaluasi diri karena guru selalu dituntut untuk merefleksi segala yang telah dikerjakan. Sehingga apa yang terasa masih kurang dapat dikaji ulang.