>

SELAMAT DATANG DI SDIT-BPMAA PROVINSI RIAU PEKANBARU, SEMOGA INI BISANBERMANFAAT DENGAN ADANYA WEBSITE INI BISA MEMBERIKAN INFORMASI TENTANG SEKOLAH KAMI. TERIMA KASIH

Belajar Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar

Saturday, February 2, 2013

Belajar sebuah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua pelajaran. Terutama Belajar Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan dan menjadi identitas bangsa Indonesia. Salah satu upaya melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD). Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Waktu belajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diberi waktu sebanyak 6 jam pelajaran untuk kelas 1, 2, 3 dan sebanyak 5 jam pelajaran bagi siswa kelas 4, 5 dan 6 per seminggu. Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dengan jumlah jam pelajaran yang banyak dimaksudkan agar peserta didik mempunyai kemampuan ketrampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.

Tujuan Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Secara umum tujuan belajar Bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasaIndonesiayang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastraIndonesiasesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Akhadiah dkk. (1991: 1). Sedangka menurut BSNP (2006).Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. Dari penjelasan di atas maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dapat digambarkan sebagai berikut: Lulusan Sekolah Dasar diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar yang mencakup tujuan kognitif dan afektif.. Lulusan Sekolah Dasar diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastraIndonesia. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa sesuai fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Pengajaran bahasaIndonesiadisesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa Sekolah Dasar sesuai tingkatannya. Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar meliputi aspek kemampuan keterampilan berbahasa mendengar, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa maupun ragam sastra merupakan ruang lingkup standard kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia. Belajar bahasaIndonesiadi sekolah dasar diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Dengan belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar, siswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan maupun tulis sesuai dengan etika yang berlaku. Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa pemersatu bangsaIndonesia. Siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta dapat menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Siswa dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Siswa diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual Indonesia.

Read More......

Kode Etik Guru Indonesia (KEGI)

Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) mulai diberlakukan Januari 2013. KEGI sangat berkaitan dengan mutu guru dan mutu pendidikan di Indonesia. Guru perlu ada kode etik yang menjadi rambu-rambu profesi sama halnya dengan profesi lainnya seperti jurnalis atau dokter yang memiliki kode etik. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) Kode Etik Guru Indonesia yang telah disepakati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki relevansi, sesuai kompentensi pedagogik dan profesional seorang guru karena di dalamnya juga mengatur hubungan antara guru, peserta didik, orangtua, masyarakat, teman sejawat, serta organisasi profesi lain maupun profesinya sendiri. Saat ini sudah dibentuk Dewan Kehormatan Guru di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia yang akan menerima laporan atas pelanggaran KEGI yang dilakukan guru. Untuk itu, semua guru tanpa kecuali harus mentaati kode etik ini dan jika dalam melaksanakan profesinya terbukti menyalahi kode etik, maka akan dijatuhi sanksi tegas sebagaimana diatur dalam Kode Etik Guru Indonesia. Berikut suplemen Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) semua pelanggaran guru yang berhubungan dengan profesi guru (di/dalam kelas, lingkungan sekolah, yang masih ada hubungan dengan/berkaitan dengan hubungan guru-murid – murid-guru, proses berlajar-mengajar, serta hal-hal yang bisa dikategorikan sebagaihubungan guru-nurid – murid-guru), maka harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) perselisihan antara masyarakat dengan guru terkait profesi guru, maka harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). jika kesalahan/pelanggaran yang dilakukan guru tak berhubungan dengan profesi guru, misalnya narkoba, pembunuhan, hingga teroris, atau pelanggaran hukum lainnya, maka polisi langsung memproses tanpa melewati DKGI; DKGI kabupaten – kota. Selanjutnya, DKGI menjalankan proses penegakan kode etik hingga tahap persidangan; hasil dari persidangan, bisa berujung pemberian sanksi, sanksi administrasi, kepegawaian, hukum pidana; masing-masing sanksi (kategori ringan, sedang, berat), ditetapkan berdasar keputusan DKGI. Jika putusan sidang di Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI ) menjatuhkan vonis atau pun sanksi, yang nyata-nyata melanggar hukum (yang berlaku di NKRI), maka diserahkan ke pihak kepolisian; guru juga memiliki hak banding atas putusan tersebut. Jika belum memiliki atau ingin mengetahui isi Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) selengkapnya, dapat download di sini: Kode Etik Guru Indonesia (KEGI)

Read More......

Tantangan Untuk Guru Kelas Sekolah Dasar

Friday, January 25, 2013

Tantangan Untuk Guru Sekolah Dasar.
Saat ini, Profesi Guru oleh pemerintah sudah termasuk sebuah pekerja profesional yang mengharuskan melaksanakan tugas sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis yang telah dibebankan agar memperoleh hasil yang memuaskan dari pekerjaannya. Dengan dikeluarkan sertifikasi guru, berarti seorang guru bukan hanya sekedar sebagai pen-transfer ilmu, melainkan dituntut juga memiliki kemampuan khusus agar dapat memaksimalkan hasil kerja dan untuk itu diberi imbalan yang pantas atas usahanya, seperti tenaga profesional lain.
Profesi Guru Sekolah Dasar di Indonesia mempunyai jumlah yang terbanyak dibandingkan dengan Guru di jenjang pendidikan SMP maupun SMA. Sayangnya, data akurat tentang jumlah tenaga guru tahun 2012 masih dalam proses pendataan, saat tulisan ini dibuat. Berdasarkan info pendataan Kemdikbud, terdapat Total Sekolah:189,227 dan masih 44,261 sekolah belum mengirimkan data lengkap. Untuk Sekolah Dasar, Total Sekolah : 150,003 dan Total Terkirim : 119,109, dan sisanya 30,894 belum terkirim.
Banyak orang memandang, Guru Sekolah Dasar merupakan pekerjaan mudah, sepele atau pun profesi guru paling rendah. Jika pendapat ini benar, seharusnya anak seorang profesor pun tidak perlu masuk Sekolah Dasar karena orang tuanya cukup pintar untuk mengajari pendidikan anaknya. Di sinilah tantangan besar dan berat bagi Guru Sekolah Dasar. Keberhasilan atau kesuksesan anak di kemudian hari dipertaruhkan di sini (SD).

Tantangan Guru Kelas Sekolah Dasar

Banyak daerah di Indonesia, rata-rata Sekolah Dasar masih memakai Guru Kelas, karena keterbatasan jumlah guru dan latar belakang keilmuannya. Untuk itu, guru kelas diharuskan menguasai beberapa mata pelajaran seperti Matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS sampai muatan lokal dan ketrampilan. Mungkin hal ini tidak terjadi di jenjang pendidikan SMP atau SMA. Nasib yang sama, mungkin tidak dirasakan oleh Sekolah Dasar di beberapa kota besar atau pun Sekolah Dasar yang telah memiliki guru bidang studi tertentu seperti Agama atau Olah Raga.
Paling sangat dirasakan berat lagi adalah Guru Kelas 1, terutama untuk Sekolah Dasar yang ada di pelosok maupun di pedalaman. Jangankan melalui PAUD, untuk masuk sekolah dasar pun perlu rayuan. Seorang guru kelas 1 sekolah dasar mendapat tugas dan tantangan untuk pertama kali anak belajar menulis, membaca, berhitung (calistung). Beraneka ragam tingkat IQ dan latar belakang siswa merupakan masalah bagi setiap guru kelas 1. Dengan penguasaan “calistung” yang baik dan benar, proses belajar mengajar untuk langkah selanjutnya mempunyai pengaruh besar. Tantangan ini mungkin tidak dirasakan oleh Sekolah Dasar di kota yang memiliki siswa baru yang telah mengenyam PUD. Meski ada larangan menggunakan test calistung untuk masuk SD, beberapa sekolah menerapkan seleksi untuk masuk sekolah.
Bayangkan jika siswa telah duduk di SMP, membaca masih terbata-bata. Menulis pun model “cakar ayam” dan tidak beraturan, perkalian dasar saja siswa masih berpikir keras. Dan pihak SMP tidak mau tahu permasalahan tersebut. Lantas, siapa yang akan disalahkan? Bisa jadi, untuk saat ini, orang tua siswa dapat menuntut Sekolah Dasar tempat mencari ilmu, namun tidak membuahkan hasil. Bukankah guru sudah profesional (bersertifikasi) dan telah dibayar mahal? Dimanakah tanggung jawabnya?

Profesionalisme Guru Sekolah Dasar

Menjawab tantangan untuk guru sekolah dasar yang sebenarnya begitu berat, setidaknya beberapa pikiran berikut dapat dijadikan bahan acuan singkat bila ingin menjadi Guru Sekolah Dasar yang profesional:
1. Niat dan Motivasi 
Setiap melakukan kegiatan atau perbuatan adalah menetapkan niat. Niat merupakan hal penting untuk setiap pekerjaan. Apakah niat anda menjadi guru? Untuk mencari uang, ibadah, dsb. Jika niat menjadi guru adalah pengabdian dan ikhlas, Yang Maha Kuasa tidak tidur dan akan membalas semua. Selain niat yang baik, perlu dukungan motivasi dalam diri. Menjadi guru adalah hal yang saya senangi, maka kita akan mencintai kegiatan mengajar dan mendidik. Jika tidak, mengajar dan mendidik adalah kegiatan yang membosankan, berat atau hal-hal negatif akan timbul.
2. Tiada Henti Belajar 
Dunia terus berkembang, termasuk Ilmu pengetahuan dan teknologi. terus berkembang. Guru profesional tidak akan berhenti belajar dan akan semakin “haus” ilmu pengetahuan.  Belajar dengan meneruskan ilmu pendidikan dan keguruan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya, maupun belajar otodidak dengan “melahap” informasi pengetahuan dari berbagai sumber. Terutama materi pelajaran yang diajarkan. Jika guru paham benar dengan materi pelajaran, akan lebih mudah menjelaskan yang lengkap kepada siswa.
3. Panutan dan Contoh Perilaku Dalam Kehidupan Sehari-hari 
Sosok guru dapat menjadi perhatian siswa, terutama guru sekolah dasar. Tingkah laku perbuatan dapat menjadi panutan dan dapat di contoh siswa. Untuk itu memberi contoh baik yang sesuai dengan materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi cara yang efektif terhadap perilaku budaya siswa. Semisal, guru Bahasa Indonesia akan berbicara yang sopan, baik dan benar sesuai kaidah bahasa, atau guru matematika yang berpikir secara sistimatis yang rasional, cara memecahkan masalah dengan runtut dan terukur, dan sebagainya. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi contoh nyata bagi siswa.
4. Menciptakan Metode Mengajar Efektif 
Banyak metode pengajaran dikembangkan olehParaahli pendidikan, pelajari dan menciptakan teknik ketika proses pembelajaran berlangsung guru mampu membuat murid betah untuk belajar dan proses belajar mengajar bisa berlangsung dengan sangat menyenangkan.
5.  Mengenal Siswa 
Guru perlu mengenal siswa berdasarkan tingkat kecerdasan (IQ), karakter, maupun latar belakang keluarga dan lingkungannya. Pengenalan dapat dilihat secara umum atau individu. Pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam menciptakan metode mengajar mengajar efektif.
Profesi sebagai guru sekolah dasar adalah suatu pekerjaan rumit yang terlihat sepele. Orang boleh memandang enteng Guru SD, namun banyak orang tidak sadar bahwa Sekolah Dasar merupakan tempat paling dasar untuk mencetak generasi penerus. Tanggung jawab tugas seorang Guru SD terhadap anak didiknya lebih berat dibanding dengan guru jenjang selanjutnya, terlebih tanggung jawab moral. Keberhasilan atau kegagalan tergantung dari peran Guru. Jika guru mendidik tidak profesional dan asal-asalan akan menghasilkan generasi penerus yang rusak dan selanjutnya akan menghancurkan peradaban masyarakat.
Untuk itu keprofesionalan guru mutlak diperlukan. Guru berusaha dan bekerja keras mengatasi setiap masalah pantang menyerah, ulet, tetapi bersikap ceria dan humoris dalam mengajar dan mendidik. Tidak lupa, Guru harus terbiasa mengevaluasi diri karena guru selalu dituntut untuk merefleksi segala yang telah dikerjakan. Sehingga apa yang terasa masih kurang dapat dikaji ulang.

Read More......

Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini

Menumbuhkan minat baca sejak dini merupakan kewajiban orang tua yang harus dipenuhi. Budaya minat baca dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena usaha tersebut berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar. Menumbuhkan budaya wajib membaca dapat dimulai sedini mungkin di lingkungan keluarga, kenapa? Lebih mudah menanamkan kebiasaan sesuatu yang baik dari sejak kecil agar menjadi suatu kebiasaan agar tertanam di usia selanjutnya.
Hambatan yang muncul berkaitan dengan menumbuhkan minat baca sejak dini adalah terbatasnya buku yang sesuai dengan usia dini (anak) yang menarik. Selain itu tantangan yang dihadapi di rumah sekarang ini adalah terutama kehadiran media elektronik semacam TV, video, game dan lain-lain. Budaya monitor inilah yang sering menghambat tujuan memacu minat baca anak di rumah.
Namun yang terpenting adalah menciptakan pengaruh dan peran lingkungan keluarga terhadap usaha menumbuhkan minat baca. Keteladanan orang tua dalam proses menumbuhkan minat baca sejak dini dapat mengurangi hambatan yang ada, seperti memanfaatkan waktu senggang dengan membacakan buku kepada anak akan dapat meningkatkan motivasi dan kemauan minat baca selanjutnya. Dampak orang tua yang suka membaca akan memacu putra-putrinya untuk mengikuti jejaknya, karena berbagai jenis bacaan mengandung ilmu pengetahuan dari yang dasar hingga yang canggih.

Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini

Selain buku-buku pelajaran sekolah, anak hendaknya juga dianjurkan membaca buku-buku cerita yang dapat menambah imajinasi masing-masing. Kadang kala, harga buku masih relatif mahal, namun bukan menjadi alasan karena adanya kehadiran perpustakaan, baik umum atau sekolah. Dengan banyak membaca suatu cerita atau tentang ilmu pengetahuan seseorang anak akan merenung atau mungkin dapat menimbulkan pemikiran baru untuk mencoba melakukan yang memberi dampak positif.
Sebenarnya, menumbuhkan minat dan kegemaran membaca anak dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik di rumah atau di sekolah. Bahkan dalam perjalanan pun dapat juga ditanamkan minat membaca. Namun, yang paling tepat dan terbaik adalah dimulai di lingkungan keluarga sendiri. Dalam hal ini peranan orang tua sangat menentukan bagi pertumbuhan minat baca anak sejak dini dalam meningkatkan disiplin belajar di rumah.
Budaya baca dapat membentuk kepribadian individual dalam menghayati kehidupan. Dengan membaca minimal ada waktu merenung untuk aktif berfikir. Kalau anak-anak kita gemar membaca buku-buku bermutu akan dapat berdampak pada sikap dan perilakunya pula. Selain itu  mendorong anak menentukan cita-cita hidupnya serta mempersiapkan masa depan yang cerah. Untuk itu orang tua berkewajiban mengetahui bahan bacaan anak-anaknya, karena buku-buku yang mengandung nilai hidup yang negatif dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Bila disiplin budaya minat baca sejak dini diabaikan, akibatnya bisa merugikan semua pihak.

Read More......